Selasa, 26 Januari 2010

Benarkah Bulan Safar ada sial?

Sekarang ini kita telah berada dalam bulan Safar, bulan kedua dari penanggalan Hijriyah. Oleh sebagian ulama, bulan Shafar ini diberi julukan Shofarul Khoir, artinya Shofar yang penuh kebaikan. Kenapa dinamakan demikian? Karena umumnya orang awam menyangka bahwa bulan Shofar adalah bulan sial atau penuh dengan bala (bencana). Sehingga untuk membuat rasa optimis umat Islam maka dinamakanlah Shofarul Khoir. Sehingga bulan Shafar tidak terkesan menakutkan apalagi dipercaya sebagai bulan kesialan. Padahal setiap bulan-bulan Islam itu memiliki kekhususan dan keistimewaan sendiri-sendiri, demikian pula bulan Safar.

Pada dasarnya hari dan bulan dalam satu tahun adalah sama. Tidak ada hari atau bulan tertentu yang membahayakan atau membawa kesialan. Keselamatan dan kesialan pada hakikatnya hanya kembali pada ketentuan takdir Ilahi.

Pada masa jahiliyah, orang Arab beranggapan bahwa bulan Safar merupakan bulan yang tidak baik. Bulan yang banyak bencana dan musibah, sehingga orang Arab pada masa itu menunda segala aktiviti pada bulan Shafar karena takut tertimpa bencana. Begitu juga dalam amalan tradisi, banyak hitungan-hitungan yang digunakan untuk menentukan hari baik dan hari tidak baik, hari keberuntungan dan hari kesialan. Lalu bagaimana menurut syariah Islam?

Dalam hadits riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah SAW meluruskan dan menjelaskan tentang hal-hal yang merupakan penyimpangan akidah itu. Rasulullah bersabda:

“Tidak ada penularan penyakit, tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk, tidak boleh berprasangka buruk, dan tidak ada keburukan dalam bulan Shafar.”

Kemudian seorang A’roby (penduduk pedesaan arab), bertanya kepada Rasulullah:

“Wahai Rasulullah, lalu bagaimana dengan onta yang semula sehat kemudian berkumpul dengan onta yang kudisan kulitnya, sehingga onta tersebut menjadi kudisan pula?”

Kemudian Rasulullah menjawab dengan sebuah pertanyaan:

“Lalu siapa yang menularkan (kudis) pada onta yang pertama?”

Ungkapan hadits laa ‘adwaa’ atau tidak ada penularan penyakit itu, bermaksud meluruskan keyakinan golongan jahiliyah. Pada saat itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dengan sendirinya, tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir ilahiyah.

Oleh sebab itu, untuk meluruskan keyakinan mereka, Rasulullah menjawab pertanyaan mereka dengan pertanyaan pula. Jika penyakit kudis onta yang sehat berasal dari onta yang sudah kudisan, onta yang kudisan dari yang lain, kemudian siapa yang menularkan penyakit kudis pada onta yang pertama kali terkena penyakit kudis?

Sakit atau sehat, musibah atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah SWT. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya takdir Allah. Namun walaupun kesemuanya kembali kepada Allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah. Dalam kesempatan yang lain Rasulullah bersabda:

“Janganlah onta yang sakit didatangkan pada onta yang sehat”.

Dalam hadits yang lain disebutkan:

“Larilah dari orang yang sakit lepra, seperti kamu lari dari singa.”

Maksud hadits laa thiyaarota atau tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk adalah bahwa sandaran tawakkal manusia itu hanya kepada Allah, bukan terhadap makhluk atau ramalan. Karena hanyalah Allah yang menentukan baik dan buruk, selamat atau sial, kaya atau miskin.

Pada masa peradaban Jahiliyyah, mereka menggantungkan nasib baik dan nasib buruk pada kepakan sayap seekor burung. Jika mereka akan bepergian atau aktivitas yang lain, mereka melapaskan seekor burung. Apabila burung terbang ke arah kanan atau belok ke arah kanan, maka pertanda nasib baik dan mereka akan meneruskan perjalanannya. Begitu sebaliknya, jika burung yang dilepaskan terbang ke arah kiri atau belok kiri, maka pertanda nasib buruk dan mereka akan mengurungkan perjalanannya, karena mereka meyakini bahwa hal itu pertanda buruk.

Dalam hadits riwayat Imam Thobroni, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak akan mendapat derajat tinggi orang pergi ke dukun, orang bersumpah untuk kepentingan pribadi, atau orang yang kembali atau tidak jadi bepergian karena ramalan.”

Maksud hadits walaa hammata adalah tidak baik dalam berprasangka buruk akan datangnya bencana atau musibah. Ketika itu orang Arab mempercayai, “Jika di malam hari ada burung hantu terbang di atas rumahnya, maka itu menandakan akan ada yang meninggal dunia.”

Mereka juga mempercayai, jika ada pembunuhan yang belum terbalaskan, kemudian malam harinya ada burung hantu yang terbang di atas rumahnya, itu menandakan ruh dari orang yang dibunuh belum bisa tenang, masih melayang-layang menuntut pembalasan. Pemahaman dan kepercayaan semacam ini amat sangat keliru, sehingga Rasulullah meluruskan dengan hadits diatas.

Walaa Shafara atau tidak ada keburukan dalam bulan Shafar. Hadits tersebut untuk mematahkan keyakinan yang keliru di kalangan jahiliyah. Mereka menganggap bahwa bulan Shafar merupakan bulan yang kurang baik, yang banyak musibah dan bencana, sehingga mereka menilai dan berprasangka buruk terhadap bulan Shafar.

Menurut Islam, semua bulan dan hari itu baik, masing-masing mempunyai sejarah, keistimewaandan peristiwa sendiri-sendiri. Jika bulan tertentu mempunyai sisi nilai keutamaan yang lebih, bukan berarti bualn yang lain merupakan bulan yang buruk. Misalnya, dalam bulan Romadlon ada peristiwa Nuzul al Qur’an dan Lailat al Qodar, dalam bulan Rojab ada Isro’ dan Mi’roj dan dalam bulan Robi’ul Awwal ada peristiwa Maulid atau kelahiran Rasulullah SAW dan lain-lain.

Jikalau ada kejadian tragis atau peristiwa yang memilukan dalam sebuah bulan, itu bukan berarti bulan tersebut merupakan bulan musibah atau bulan yang penuh kesialan. Namun kita harus pandai-pandai mencari hikmah di balik peristiwa itu, dan amaliah apa yang harus dilakukan sehingga terhindar dan selamat dari berbagai musibah.

Imam Ibn Hajar ash Shafii tentang hari Nahas

Al Imam Ibn Hajar al Haitami pernah ditanya tentang bagaimana status adanya hari nahas yang oleh sebagian orang dipercaya, sehingga mereka berpaling dari hari itu atau menghindarkan suatu pekerjaannya karena dianggap hari itu penuh kesialan.

Beliau menjawab bahwa jika ada orang mempercayai adanya hari nahas (sial) dengan tujuan mengharuskan untuk berpaling darinya atau menghindarkan suatu pekerjaan pada hari tersebut dan menganggapnya terdapat kesialan, maka sesungguhnya yang demikian ini termasuk tradisi kaum Yahudi dan bukan sunnah kaum muslimin yang selalu tawakkal kepada Allah dan tidak berprasangka buruk terhadap Allah.

Sedangkan jika ada riwayat yang menyebutkan tentang hari yang harus dihindari karena mengandung kesialan, maka riwayat tersebut adalah bathil, tidak benar, mengandung kebohongan dan tidak mempunyai sandaran dalil yang jelans, untuk itu jauhilah riwayat seperti ini. (Fatawa Al Haditsiyah)

Kita semua yakin bahwa terjadinya musibah atau gejala alam yang menimpa manusia, bukan karena adanya hari nahas atau karena adanya binatang tertentu atau karena adanya kematian seseorang. Yang kita yakini adalah semua yang terjadi di alam ini adalah dengan takdir dan kehendak Allah.

Hari-hari, bulan, matahari, bintang dan makhluk lainnya tidak bisa memberikan manfaat atau madlarat (bahaya), tetapi yang memberi manfaat dan madlarat adalah Allah semata. Maka meyakini ada hari nahas atau hari sial yang menyebabkan seorang muslim menjadi pesimis, tentunya itu bukan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah.

Semua hari adalah baik, dan masing-masing ada keutamaan tersendiri. Hari dimana kita menjaganya dan mengisinya dengan kebaikan dan ketaatan, itulah hari yang sangat menggembirakan dan hari raya buat kita. Seperti dikatakan oleh ulama Salaf, hari rayaku adalah setiap hari dimana aku tidak bermaksiat kepada Allah pada hari itu, dan tidak tertentu pada suatu hari saja.

Misteri Rabu Wekasan (Rabu akhir Bulan Shafar)

Lalu bagaimana dengan Rabu wekasan yang sering kita dengar bahwa pada hari itu adalah hari yang penuh bala dan musibah, bahkan bala selama setahun penuh diturunkan pada hari Rabu tersebut?

Ketahuilah bahwa tidak ada satupun riwayat dari Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Rabu akhir Shafar adalah hari nahas atau penuh bala. Pendapat di atas sama sekali tidak ada dasaran dari hadits Nabi Muhammad yang mulia. Hanya saja disebutkan dalam kitab Kanzun Najah wa as Suruur halaman 24, sebagian ulama Sholihin Ahl Kasyf (ulama yang memiliki kemampuan melihat sesuatu yang samar) berkata:

“Setiap tahun turun ke dunia 320.000 bala (bencana) dan semua itu diturunkan oleh Allah pada hari Rabu akhir bulan Shafar, maka hari itu adalah hari yang paling sulit.”

Dalam kitab tersebut, pada halaman 26 dinyatakan, sebagian ulama Sholihin berkata:

“sesungguhnya Rabu akhir bulan Shafar adalah hari nahas yang terus menerus.”

Pendapat ulama Sholihin di atas, sama sekali tidak memiliki dasar hadits yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Oleh karena itu, jangan pesimis dan merasa ketakutan jika menghadapi Rabu wekasan. Sekali lagi harus diingat bahwa yang menurunkan bala’ dan membuat kemanfaatan atau bahaya adalah Allah SWT dan atas kehendakNya, bukan karena hari tertentu atau perputaran matahari.

Perlu diingat pula, perilaku pesimis yang diakibatkan adanya sesuatu, sehingga meninggalkan pekerjaan atau bepergian karena hari tertentu misalnya atau karena adanya burung tertentu lewat ke arah tertentu, itu dinamakan thiyarah dan thiyarah ini jelas-jelas diharamkan karena itu adalah kebiasaan orang jahiliyah.

Bahkan kalau kita mau bersikap obyektif, ternyata hari Rabu adalah hari yang penuh keberkahan. Seperti diriwayatkan oleh Imam al Baihaqi dalam Syu’ab al Iman bahwa doa dikabulkan pada hari Rabu setelah Zawaal (tergelincirnya matahari),

Demikian pula dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Ibn Abdillah, bahwa Nabi Muhammad SAW mendatangi masjid al Ahzab pada hari Senin, Selasa dan Rabu antara Dzuhur dan Ashar, kemudian beliau meletakkan serbannya dan berdiri lalu berdoa. Jabir berkata:

“Kami melihat kegembiraan memancar dari wajah beliau.”

Demikian disebutkan dalam kitab-kitab sejarah (Kanzun Najah wa al Surur 36)

Kalau kita menganggap bahwa hari Rabu wekasan adalah hari penuh bala, lalu bagaimana dengan hari lainnya? Padahal Allah jjika hendak menurunkan azab atau bala tidak akan menunggu hari-hari tertentu yang dipilih dan ditentukan oleh manusia. Tapi Allah dengan kekuasaannya dapat bertindak dan berbuat sekehendak-Nya.

Maka seharusnya kita waspada dengan kemurkaan Allah setiap hari dan setiap saat, sebab kita tidak tahu kapan bala itu akan turun. Maka perbanyaklah istighfar, bertaubat dan mengharap rahmat Allah, sebagaimana Rasulullah beristighfar seratus kali setiap hari. Inilah teladan kita, tidak menunggu Rabu wekasanv saja untuk _istighfar dan bertaubat.

Hal serupa sering kita dengar, bahwa sebagian orang tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Syawal, takut terjadi ini dan itu yang semuanya tidak ada dasar hukum yang jelas. Budaya ini berawal pada zaman Jahiliyah, disebabkan pada suatu tahun, tepatnya bulan Syawal, Allah menurunkan wabah penyakit, sehingga banyak orang mati menjadi korban termasuk beberapa pasangan pengantin, maka sejak itu mereka kaum jahilin tidak mau melangsungkan pernikahan pda bulan Syawal.

Jadi, jika zaman sekarang ada seseorang tidak mau menikah pada bulan Syawal karena takut terkena penyakit atau musibah atau tidak punya anak, ketahuilah bahwa dia telah mengikuti langkah kaum jahiliyyah. Hal itu bukanlah perilaku umat Nabi Muhammad SAW. Sayyidah Aisyah RA bahkan menentang budaya seperti ini dan berkata:

“Rasulullah SAW menikahi saya pada bulan Syawal, berkumpul (membina rumah tangga) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah dari isteri beliau yang lebih beruntung daripada saya?”

Nabi Muhammad juga menikahi Sayyidah Ummu Salamah juga pada bulan Syawal.

Wallahu a’lam.

CINTA & ZINA... PESANAN KEPADA PELAJAR...

Satu pasangan lelaki dan perempuan yang sedang berkhalwat telah ditangkap oleh seorang ustaz. Kisah benar-benar berlaku di merata-rata tempat institusi pendidikan sejak akhir-akhir ini sama ada di sekolah, IPTA, IPTS dan lain-lain. Bila disoal siasat antara intisari dialog (soal jawab pelajar dengan ustaz) maka ini antara yang biasa dijawab oleh pelajar dan muhasabahlah diri kita masing-masing.

Pelajar: Kami tidak berzina!

Ustaz: Maaf, saya tidak menuduh awak berzina tetapi awak menghampiri zina.

Pelajar: Kami hanya berbual-bual, berbincang, bertanya khabar, minum-minum adakah itu menghampiri zina?

Ustaz: Ya, perbuatan ini menjerumus pelakunya ke lembah perzinaan.

Pelajar: Kami dapat mengawal perasaan dan kami tidak berniat ke arah itu.

Ustaz: Hari ini, ya. Besok mungkin kamu kecundang. Kamu dalam bahaya. Jangan bermain dengan bahaya. Iblis dan syaitan akan memerangkap kamu. Sudah banyak tipu daya iblis yang mengena sasaran. Iblis amat berpengalaman dan tipu dayanya amat halus. Ia telah menipu nenek moyang kita yang pertama, Adam dan Hawa. Jangan pula lupa. Siapalah kita berbanding Adam dan Hawa? Ia ada lebih 1001 cara. Ingat pesanan Rasullullah S.A.W.: Janganlah engkau bersendirian dangan seorang wanita kecuali ketiganya adalah syaitan(Tabrani). Syaitan akan menghembus perasaan berahi, kita lemah untuk menghadapi tipu daya iblis.

Pelajar: Tidak semestinya semua orang bercinta menjurus kepada penzinaan. Ada orang bercinta dalam telefon dan hantar SMS sahaja. Tak pernah bersua muka pun!

Ustaz: Betul. Itu adalah salah satu yang dimaksudkan dengan menghampiri zina. Memang pada awalnya tidak bersua muka, tapi perasaan pasti bergelora. Lambat laun desakan nafsu dan perasaan serta hasutan iblis akan mengheret kepada suatu pertemuan. Pertemuan pertama tidak akan terhenti disitu sahaja. Percayalah, ia akan berlanjutan dan berterusan. Tidakkah itu boleh membawa kepada penzinaan akhirnya?

Pelajar: Takkan nak berbual-bual pun tak boleh? Itu pun zina juga ke?


Ustaz: Zina ada bermacam-macam jenis dan peringkatnya, ada zina betul, ada zina tangan (berpegang-pegangan), ada zina mata (melihat kekasihnya dengan perasaan berahi). Melihat auratnya juga zina mata. Zina hati iaitu khayalan berahi dengan kekasih sepertimana yang dinyatakan oleh Rasulullah S.A.W.:
Kedua-dua tangan juga berzina dan zinanya adalah menyentuh. Kedua kakinya juga berzina dan zinanya adalah berjalan (menuju ke tempat pertemuan). Mulut juga berzina dan zinanya ialah ciuman (Muslim dan Abu Daud). Sebenarnya jalan dan lorong menuju kepada perzinaan amat banyak. Jangan biarkan diri kita berada atau melalui mana-mana jalan atau lorong yang boleh membawa kepada penzinaan

Pelajar: Duduk berdiskusi pelajaran tak boleh ke? Bincang pelajaran sahaja!

Ustaz: Berdiskusi pelajaran, betul ke? Jangan tipu. Allah tahu apa yang terselit dalam hati hamba-hambanya. Kita belajar nak keberkatan. Kalau cemerlang sekali pun, kalau tak diberkati Allah, kejayaan tidak akan membawa kebahagiaan. Hidup tidak bahagia, akhirat lebihlah lagi. Jangan berselindung di sebalik pelajaran yang mulia. Allah suka kepada orang yang berilmu. Jadi belajar hendaklah ikut batas dan ketentuan Allah. Belajar akan jadi ibadat. Adakah berdiskusi macam ini akan ditulis ibadat oleh malaikat Raqib dan Atiq?

Pelajar: Sungguh! Bincang pelajaran sahaja. Ni study group.

Ustaz: Study group? nampak macam lain macam saja. Manja, senyum memanjang, tak macam gaya berdiskusi. Takkan study group berdua sahaja? Ke mana-mana pun berdua. Kalau ye pun, carilah study group ramai- ramai sedikit. Kalau duduk berdua-dua macam ini.. betul ke bincang pelajaran? Jangan-jangan sekejap saja bincang pelajaran, yang lain tu banyak masa dihabiskan dengan fantasi cinta!

Pelajar: Tidaklah. Sungguh berbincang pelajaran.

Ustaz: Baik sungguh awak berdua. Takkan awak berdua tak perasan apa-apa? Awak kurang sihat ke? Ingat, kita bukan malaikat, tak ada nafsu. Kita manusia. Jangan nafikan fitrah manusia. Kita ada nafsu, ada keinginan. Itulah manusia.

Pelajar: Kami sama-sama belajar, study group, saling memberi semangat dan motivasi.

Ustaz: Tak adakah kaum sejenis yang boleh dijadikan rakan belajar? Habis sudahkah kaum sejenis yang boleh memberikan motivasi? Jangan hina kaum sejenis. Ingat banyak orang cemerlang yang belajar hanya dengan kaum sejenis. Lebih tenang perasaan, tidak terganggu, dapat berkat dan rahmat pula.

Pelajar: Takkanlah tak ada langsung ruang yang dibenarkan dalam Islam untuk bercinta? Adakah Islam membunuh terus naluri cinta?

Ustaz: Naluri adalah sebahagian daripada kesempurnaan kejadian manusia. Naluri ingin memiliki dan suka kalau dimiliki (sense of belonging) adalah fitrah. Kalau naluri tidak wujud pada diri seseorang, tak normal namanya. Islam bukan datang untuk membunuh naluri dan keinginan itu. Tidak! Islam tidak suruh membunuh
naluri seperti yang dilakukan oleh para paderi atau sami. Jangan nafikan naluri ini. Jangan berbohong pada diri sendiri. Bukan salah dan berdosa kalau perasaan itu datang tanpa diundang. Itu adalah fitrah. ***a tundukkan naluri itu untuk patuh pada perintah Allah. Jadilah manusia yang sihat pada nalurinya. Jangan jadi
malaikat! kerana Allah ciptakan kita sebagai manusia Dunia dan segala isinya akan hambar tanpa naluri nafsu.

Pelajar : Tentu ada cinta secara Islam

Ustaz: Cinta secara Islam hanya satu iaitu perkahwinan. Cinta berlaku setelah ijab qabul; cinta lepas kahwin. Itulah cinta sakral dan qudus. Cinta yang bermaruah. Bukan cinta murahan. Inilah kemuliaan agama kita, Islam. Apabila Islam melarang sesuatu perkara, tentulah ia digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Kalau ia melarang cinta antara lelaki dan wanita sebelum kahwin, ia membawa kepada sesuatu sebagai ganti yang lebih baik iaitu perkahwinan. Sabda Rasulullah S.A.W.:
Tidak ada yang lebih patut bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah (Ibni Majah)
Cinta adalah maruah manusia. Ia terlalu mulia.

Pelajar: Kalau begitu, cinta semua menghampiri kepada penzinaan?

Ustaz: Ya kalau lelaki dan perempuan bertemu tentu perasaan turut terusik. Kemudian perasaan dilayan. Kemudian teringat, rindu. Kemudian aturkan pertemuan. Kemudian duduk berdua-dua. Kemudian mencari tempat sunyi sedikit. Kemudian berbual panjang sehingga malam gelap. Hubungan makin akrab, dah berani
pegang tangan, duduk makin dekat. Kalau tadi macam kawan, sekarang macam pengantin baru. Bukankah mereka semakin hampir dan dekat dengan penzinaan? Penghujung jalan cinta adalah penzinaan dan kesengsaraan. Berapa ramai orang yang bercinta telah sampai kepada daerah penzinaan dan kesengsaraan. Kasihanilah diri dan ibu bapa yang melahirkan kita dalam keadaan putih bersih tanpa noda daripada seekor nyamuk sekalipun!

Pelajar: Masih ramai orang yang bercinta tetapi tetap selamat, tidak sampai berzina. Kami tahan diuji.

Ustaz:Allah menciptakan manusia. Dia tahu kekuatan dan kelemahan manusia. Manusia tidak tahan ujian. Oleh itu Allah memerintahkan supaya diri menjauhi perkara yang ditegah. Takut manusia kecundang.

Pelajar: Jadi manusia itu tak tahan diuji?

Ustaz: Kita manusia dari keturunan Adam dan Hawa, sejak awal penciptaan manusia, Allah telah mengingatkan manusia bahawa mereka tidak tahan dengan ujian walaupun kecil. Allah takdirkan satu peristiwa untuk iktibar manusia. Allah tegah Adam dan Hawa supaya jangan makan buah Khuldi dalam syurga. Allah tahu kelemahan pada ciptaan manusia. Tak tahan diuji. Oleh itu Allah berpesan pada Adam dan Hawa, jangan hampiri pokok Khuldi. Firman Allah S.W.T.:
Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya, apa sahaja yang kamu berdua sukai dan jangan hampiri pokok ini, (Jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim (Al-A’araf:ayat 19).
Tegahan yang sebenarnya adalah memakan buah Khuldi. Tetapi Allah tahu sifat dan kelemahan Adam dan Hawa. Jika menghampiri perkara yang ditegah, takut nanti mereka akan memakannya kerana mereka tidak dapat mengawal diri. Demikianlah dengan zina. Ditegah zina. Maka jalan ke arah penzinaan juga dilarang. Takut apabila berhadapan dengan godaan penzinaan, kedua-duanya kecundang. Cukuplah kita belajar daripada pengalaman nenek moyang kita Adam dan Hawa.

Pelajar: Tetapi cinta lepas kawin banyak masalah. Kita tak kenal pasangan kita secara dekat. Bercinta adalah untuk mengenali hati budi pasangan sebelum membuat keputusan sebelum berkahwin.

Ustaz: Boleh percaya dengan perwatakan masa sedang bercinta?Bercinta penuh dengan lakonan yang dibuat-buat dan kepura-puraan. Masing-masing akan berlakon dengan watak yang terbaik. Penyayang, penyabar, pemurah dan pelbagai lagi. Masa bercinta adalah alam lakonan semata-mata. Masa bercinta, merajuk ada yang akan pujuk. Jangan haraplah lepas kawin bila merajuk ada yang memujuk. Banyak orang yang kecewa dan tertipu dengan keperibadian pasangan semasa bercinta. Perangai jauh berbeza. Macam langit dan bumi. Masa bercinta,dia seorang yang amat penyayang, penyabar, sabar tunggu pasangan terlambat berjam-jam. Tapi bila dah kahwin, lewat 5 minit dah kena tengking. Jadi, perwatakan masa bercinta tidak boleh dipercayai. Percintaan adalah suatu kepuraan yang hipokrit.

Pelajar: Percayalah kami bercinta demi merancang kebahagian hidup nanti.

Ustaz: Bagaimana diharap kebahagiaan jika tidak mendapat redha Allah? Kebahagiaan adalah anugerah Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih. Kebahagiaan bukan ciptaan manusia. Manusia hanya merancang kebahagiaan. Allah yang akan menganugerahkannya. Bagaimana mendapat anugerah kebahagiaan itu jika jalan mencapainya tidak diredhai Allah. Kebahagiaan hidup berumah tangga mestilah melalui proses yang betul. Sudah tentu prosesnya bukan cinta sebegini. Allah tidak meredhai percintaan ini. Cinta yang diredhai, cinta selepas kahwin. Bagaimana untuk mendapat keluarga yang bahagia jika langkah memulakannya pun sudah canggung. Bagaimana kesudahannya?

Pelajar: Tanya sikit adik angkat, kakak angkat, abang angkat boleh ke? ganti bercinta.

Ustaz: Semua itu adalah perangkap syaitan. Hakikatnya sama. Cinta yang diberi nafas baru. Kulitnya nampak berlainan, tapi isinya sama. Adik, abang, kakak angkat adalah suatu bentuk tipu daya iblis dan syaitan. Manusia yang terlibat dalam budaya “angkat” ini sebenarnya telah masuk ke dalam perangkap syaitan. C uma menunggu masa untuk dikorbankan.

Pelajar: Jadi seolah-olah orang yang bercinta telah hilang maruah diri?

Ustaz: Mengukur maruah diri bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh pencipta manusia. Sebab ukuran manusia sering berbeza-beza. Orang yang sedang mabuk bercinta mengatakan orang yang bercinta tidak menjejaskan apa-apa maruah dirinya. Manakala bagi orang yang menjaga diri, tidak mahu terlibat dengan cinta sebelum kahwin akan mengatakan orang yang bercinta sudah tidak bermaruah. Cintanya ditumpahkan kepada orang yang belum layak menerima cinta suci. Kalau begitu ukuran maruah atau tidak ditentukan oleh Allah.

Pelajar: Adakah orang yang bercinta hilang maruah?

Ustaz: Antara kemuliaan manusia ialah maruah dirinya. Orang yang bercinta seolah-olah cuba menggadaikan maruahnya kerana mereka sedang menghampiri penzinaan. Manakala orang yang bercinta dan pernah berzina tidak layak berkahwin kecuali dengan orang yang pernah berzina juga. Mereka tidak layak untuk berkahwin dengan orang yang beriman. Allah berfirman:
Lelaki yang berzina(lazimnya) tidak ingin berkahwin melainkan dengan perempuan yang berzina atau perempuan musyrik; dan perempuan yang berzina itu pula (lazimnya) tidak ingin berkahwin dengannya melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki musyrik. Dan perkahwinan yang demikian terlarang kepada orang-orang yang beriman. (Surah an-Nur: Ayat 3).Jadi orang yang pernah bercinta juga tidak sesuai untuk berkahwin dengan orang yang tidak pernah bercinta. Tidakkah itu suatu penghinaan dari Tuhan.

Pelajar: Jadi orang yang bercinta hanya layak berkahwin dengan orang yang pernah bercinta juga?

Ustaz: Itulah pasangan yang layak untuk dirinya kerana wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik.

Pelajar: Kami telah berjanji untuk sehidup semati.

Ustaz: Apa yang ada pada janji cinta? Berapa banyak sudah janji cinta yang musnah? Lelaki, jangan diharap pada janji lelaki. Mereka hanya menunggu peluang keemasan sahaja. Habis madu, sepah dibuang. Pepatah itu diungkap kerana ia sering berulang sehingga menjadi pepatah.

Pelajar: Jadi perempuan yang bercinta jatuh maruahnya pada pandangan lelaki?

Ustaz: Tentu. Mana ada orang lelaki yang normal suka pada barang ’second hand’ sedangkan barang baru masih ada. Sesetengah mereka menggambarkan perempuan seperti kereta di show room; display only. Tapi ada yang boleh test drive. Ada pula yang kata; sekadar sepinggan mee goreng dan segelas air sirap
bandung, bawalah ke hulu, ke hilir. Sedihkan. Itulah hakikatnya.

Pelajar: Masihkan ada orang yang tidak bercinta pada zaman ini?

Ustaz: Ya, masih ada orang yang suci dalam debu. Golongan ini sentiasa ada walaupun jumlah mereka kecil. Mereka akan bertemu suatu hari nanti. Mereka ada pasangannya. Firman Allah S.W.T.:
Dan orang-orang lelaki yang memelihara kehormatannya serta orang-orang perempuan yang memelihara kehormatannya (yang memelihara dirinya daripada melakukan zina) Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: ayat 35)

Pelajar: Bagaimana kami?

Ustaz: Kamu masih ada peluang. Bertaubatlah dengan taubat nasuha. Berdoalah serta mohon keampunan dariNya. Mohonlah petunjuk dan kekuatan untuk mendapat redhaNya.

Pelajar: Kami ingin mendapat redha Tuhan. Tunjukkan bagaimana taubat nasuha.

Ustaz: Taubat yang murni. Taubat yang sebenar-benarnya. Taubat yang memenuhi 3 syarat:
1. Tinggalkan perbuatan maksiat. Putuskan hubungan cinta yang tidak diredhai Allah ini
2. Menyesal. Menginsafi diri atas tindak tanduk hidup yang menjurus diri dalam percintaan.
3. Berazam. Bertekad di dalam hati tidak akan bercinta lagi dengan sesiapa kecuali dengan seseorang yang bernama isteri atau suami. Saatnya adalah setelah ijap Kabul.

Pelajar: Ya Allah. Hambamu telah tersesat jalan. Ampunilah dosa-dosa hambamu ini. Sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Berilah kekuatan kepadaku untuk menghadapi godaan keremajaan ini. Anugerahkan kepadaku perasaaan benci kepada maksiat. Hiasilah diriku dengan akhlak yang mulia.

Ibu dan ayah, anakmu berdosa. Engkau jagaku sedari kecil dengan kasih sayang. Mengapa kucurahkan kasihku kepada orang lain. Oh Tuhan, hambamu yang berdosa Amin, Ya Rabb. Moga Allah terima taubatmu.

Pelajar: Kita berpisah kerana Allah. Kalau ada jodoh tidak ke mana.

Ustaz: Ya Allah, bantulah mereka. Kini mereka datang ke pintu-Mu mencari redha-Mu. Terimalah taubat mereka.

Khamis, 21 Januari 2010

PELUANG UMRAH HUJUNG TAHUN 2010 - CUTI SEKOLAH

UMRAH CUTI SEKOLAH DISEMBER 2010 DENGAN VISA PELANCONGAN

(TARIKH JANGKAAN BERTOLAK 16 DISEMBER 2010 DAN PULANG PADA 27 DISEMBER 2010 )

Dari Jabir r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “ Satu sambahyang dimasjidku lebih afdhal daripada seribu sembahyang di masjid-masjid yang lain, kecuali masjidil Haram (dimekah): dan satu sembahyang di masjidil haram pula lebih afdhal daripada seratus ribu sembahyang di masjid-masjid yang lain.” HR Imam Ahmad

*KOS DARI RM4500 BERTOLAK DARI KUALA LUMPUR

DARI RM5200 BERTOLAK DARI TAWAU

*KOS TERMASUK PENGANGKUTAN UDARA DAN DARAT SERTA PENGINAPAN DI MEKAH DAN MADINAH DAN LAWATAN

* DEPOSIT DARI RM300.00

* BAYARAN DEPOSIT AKAN DIKUTIP SEMASA PROMOTION AIR ASIA(KL-ABU DHABI). SEKIRANYA SAUDARA MEMBATALKAN PERJALANAN ATAU ADA HALANGAN YANG MENYEBABKAN SAUDARA TIDAK DAPAT PERGI DEPOSIT TIDAK AKAN DIPULANGKAN

PENDAFTARAN:

Sertakan salinan kad pengenalan kepada Zulkafri Ab Ghani di talian 019-5862784 sebelum promotion Air Asia dikeluarkan

Ahad, 17 Januari 2010

PROGRAM PEMANTAPAN AQIDAH 2010... AYUH, JOIN SAMA....

Saya mendapat maklumat ini dari blog Abu Nuha, katanya;

Dalam tempoh terdekat, PUM Sabah akan membincangkan tentang program pemantapan aqidah bagi tahun 2010. Sepanjang tahun lalu, sebanyak 12 kali program ini diadakan di sekolah menengah seluruh Sabah.

Penyusunan program untuk 2010 adalah kelangsungan daripada projek yang telah bermula sejak tahun 2005 lagi yang dilancarkan di Masjid Negeri Sabah atas bimbingan Sdr Hj Nicholas Sylvester Muhammad Abdullah.

Walaupun beberapa teraju utama telah berpindah ke Semenanjung, program seumpama ini akan diteruskan juga. Insya Allah PUM Sabah mendapat suntikan dengan kehadiran beberapa tenaga baru disamping skuad sedia ada.

Ketua bagi skuad program pemantapan aqidah (yang kami gelar sahabat bible) kali ini ialah Ust Amir Hamzah dan didukung bersama oleh rakan-rakan lain termasuk Ust Hj Bungsu Jaafar, Ust Sayuti Shukor, Cikgu Hashim Harun, Ust Arbaen Shawal, Ust Zulkifli Nawawi, Abu Nuha dan beberapa nama lain.

Program pemantapan aqidah dengan pendekatan perbandingan agama Islam-Kristian menjadi fokus kami dengan natijahnya para peserta akhirnya akan meyakini kebenaran dan keindahan Islam serta mengakui kebatilan Kristian.

Peserta juga didedahkan dengan beberapa tajuk seperti Asas Islam dan al-Quran, Mukjizat al-Quran, Asas Ajaran Kristian Menurut Perspektif Islam, Sejarah agama Kristian dan Asas Penggunaan Kitab Bible.

Peserta juga dibekalkan dengan senaskhah al-Quran dan bible sebagai rujukan bagi melihat sendiri kepalsuan kitab ini.

Kursus berkenaan biasanya diadakan pada hujung minggu selama dua hari atau sehari setengah sahaja. Setakat ini beberapa sekolah telah dikenal pasti untuk kami adakan program berkenaan.

Untuk peringkat sekolah, biasanya hanya 100 peserta dari menengah atas dalam satu-satu program untuk memudahkan pemantauan.

Bahkan untuk tahun ini, ada kemungkinan program berkenaan diluaskan kepada orang awam jika ada permintaan khususnya kakitangan awam dan pengkaji/peminat perbandingan agama. (Boleh tinggalkan komen).

Jika saudara seorang guru sekolah menengah (khususnya ustaz/ustazah) dan berminat program berkenaan diadakan di sekolah saudara, sila tinggalkan catatan di ruangan komen. Kami akan menghubungi kemudian.

""program ini amat baik khasnya bagi ustaz/zah"" Jom Sama-sama join.. Harapan pada kali lebih ramai dan dapat manfaat ke seluruh kawasan pedalaman Sabah.

kasihislami.blogspot.com